Kaltimdaily.com, Kubar – Masih ingat kasus pengeroyokan gara-gara ribut sambil mabuk di Sekolaq Darat? Nah, proses mediasi lanjutan buat masalah itu akhirnya kelar juga. Para pelaku yang terlibat kena sanksi adat super berat—totalnya sampai 13 pelanggaran adat, dengan denda yang bikin geleng-geleng kepala: 1.655,5 buah antakng alias guci adat.
Keputusan ini diambil lewat musyawarah bareng 8 Kepala Adat dari kampung-kampung di Kecamatan Sekolaq Darat. Rapat adat ini digelar di kantor kampung Sekolaq Joleq, dan dipimpin langsung oleh Kepala Adat Kecamatan, Yurang.
Sanksi adatnya nggak main-main, lho. Mulai dari pelanggaran bikin gaduh, hampir bikin orang meninggal, sampe luka-luka yang dialami para korban—semuanya dihitung dan dikenakan denda per kepala. Korban Gede misalnya, dendanya aja 291 antakng, disusul korban Tresno (261 antakng), Donisius (241), Ukit (111), dan Kora (84). Ada juga sanksi tambahan karena ngerusak barang, ganggu ketertiban kampung, sampai sanksi buat urusan adat dan perangkat kampung.
Total denda kalau dikonversi ke rupiah? Rp 662.200.000! Gila nggak tuh? Semua itu dibagi ke 6 pelaku yang terlibat. Untungnya, para pelaku yang tergabung dalam paguyuban mengaku siap nerima keputusan adat tanpa banyak debat.
“Kami terima dan nggak ada tawar-menawar. Tapi kami harap tetap bisa komunikasi baik sama adat dan keluarga korban biar semuanya tuntas,” kata Niko Boro, wakil dari paguyuban pelaku.
Di sisi lain, Kepala Kampung Sekolaq Joleq minta biar ke depan dibikin aturan lebih tegas soal siapa aja yang bisa tinggal di wilayah ini—baik yang ngontrak atau ngekos. Tujuannya, biar nggak sembarang orang tinggal dan bikin masalah lagi.
Sementara itu, pihak keluarga korban masih ngerasa belum aman. Mereka minta para pelaku dihukum maksimal, dan setelah bebas nanti, harus dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. “Dua orang udah jadi tersangka, empat lainnya belum. Kami takut kejadian kayak gini terulang lagi,” ujar salah satu keluarga korban.
Kejadian ini jadi pelajaran besar buat semua pihak, apalagi yang tinggal di wilayah adat. Nggak cuma hukum negara, aturan adat juga bisa bikin efek jera. Jadi, mending jaga sikap daripada berujung denda ratusan juta, bro!
Semoga ke depan Sekolaq Darat makin aman dan tertib. Warga lokal juga berharap semangat guyub tetap dijaga, dan jangan sampai rusak gara-gara ulah segelintir orang yang nggak tahu aturan. (*)