Kaltimdaily.com, Samarinda – Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Mohammad Novan Syahronny Pasie, buka suara soal masalah stunting yang masih jadi PR besar di kota ini. Menurut dia, salah satu akar masalahnya adalah data yang nggak sinkron antarinstansi.
“Masalah utamanya itu di data. Kadang data dari Dinas Kesehatan beda sama Dinas Sosial. Jadi ribet, karena nggak bisa nentuin target penyelesaian dengan jelas,” kata Novan saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (8/4/2025).
Novan bilang, sebelum mikirin strategi penanganan, semua data harus seragam dulu. Jangan sampai gara-gara datanya ngaco, satu anak ditangani berkali-kali atau malah ada yang luput sama sekali.
“Harus tahu dulu tujuan pemerintah pusat sampai ke daerah kayak apa. Jangan sampai program tumpang tindih karena datanya nggak nyambung,” tegasnya.
Nggak cuma soal data, Novan juga ingetin kalau stunting nggak selalu karena anak kekurangan gizi. Kadang, faktor genetik juga bisa bikin pertumbuhan anak jadi lambat. Jadi, nggak bisa asal cap anak itu stunting.
“Misalnya nih, ada anak yang kecil bukan karena gizinya kurang, tapi emang genetik dari orang tuanya. Itu harus dibedain,” jelasnya lagi.
Program makan bergizi gratis dari pemerintah pusat dinilai jadi langkah keren buat cegah stunting, apalagi buat anak-anak sekolah.
Novan berharap, kalau semua jalan bareng—data rapi, program tepat—anak-anak Indonesia bakal tumbuh sehat dan kuat buat jadi generasi emas ke depannya.
“Targetnya, anak-anak kita siap tempur hadapi masa depan. Nggak cuma sehat fisik, tapi juga kuat mental,” tutupnya.
Tantangan buat beresin masalah stunting emang nggak gampang, tapi bukan berarti nggak bisa. Kuncinya, semua pihak harus duduk bareng dan buka data masing-masing biar nggak ada lagi program yang tumpang tindih atau mubazir.
Dengan kolaborasi yang solid, harapan buat lahirnya generasi Indonesia yang sehat dan cerdas bukan cuma mimpi.
Tapi butuh komitmen nyata dari pemerintah sampai ke tingkat paling bawah, biar semua anak punya kesempatan tumbuh maksimal. (ADV/DPRDSMR/YN)