Kaltimdaily.com, Samarinda – Kantor Imigrasi Kelas 1 Samarinda baru aja menangkap seorang Warga Negara Asing (WNA) asal Suriah, inisial JA.
Dia kedapatan pakai izin tinggal wisata buat jalani bisnis jual beli barang, padahal seharusnya nggak boleh.
Kepala Kantor Imigrasi, Washington Saut Dompak, bilang kalau kasus JA ini bakal segera dilimpahin ke Kejaksaan Negeri Samarinda buat diproses hukum lebih lanjut.
“JA diduga melanggar Pasal 122A UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, hukumannya bisa sampai 5 tahun penjara plus denda maksimal Rp 500 juta,” jelas Washington pas konferensi pers, Senin (30/09/24).
JA ternyata udah aktif jual beli alat berat di Samarinda dan masuk ke Indonesia sejak 30 April lalu. Selama lebih dari sebulan, dia udah pindah-pindah dari Jakarta, Samarinda, sampai Kalimantan Selatan.
Bisnisnya jual alat berat buat diekspor ke luar negeri dan didaur ulang, makanya nilainya jadi tinggi banget.
Washington juga nambahin, setelah dicek lebih lanjut, JA ini ternyata punya perusahaan. Seharusnya, dia bisa pakai izin tinggal khusus investor (PMA) yang bisa berlaku 1-2 tahun.
Tapi, JA malah pakai visa pariwisata buat masuk ke Indonesia dengan cepat dan biar nggak terdeteksi sama imigrasi lokal.
“Kalau dia pakai izin tinggal terbatas, setiap kali pindah tempat harus lapor, tapi karena pakai visa wisata, dia bisa pindah sesuka hati,” lanjut Washington.
Imigrasi akhirnya nangkep JA pada 3 Juli 2024. Ternyata, dia disuruh sama temennya buat pakai visa wisata biar lebih gampang.
Kasus ini jadi perhatian besar karena menunjukkan celah dalam sistem keimigrasian, di mana JA berhasil masuk dan menjalankan bisnis dengan visa wisata.
Padahal, visa wisata seharusnya cuma dipakai buat tujuan liburan, bukan buat urusan bisnis.
Bisa dibilang, tindakan JA ini adalah upaya buat menghindari prosedur yang lebih panjang dan ketat dari izin tinggal khusus untuk penanam modal asing.
Kalau dia pakai izin tinggal terbatas, gerak-geriknya bakal lebih terpantau karena wajib lapor setiap kali pindah wilayah.
Ini juga jadi pelajaran buat pihak imigrasi untuk lebih ketat lagi dalam mengawasi WNA yang masuk ke Indonesia dengan visa pariwisata. Soalnya, visa jenis ini sering kali disalahgunakan buat kepentingan lain yang melanggar aturan.
Kasus JA mungkin cuma satu dari banyak kasus serupa yang perlu diungkap.
Dengan dilimpahkannya kasus ini ke Kejaksaan, kita tunggu aja proses hukum lebih lanjutnya.
Jika terbukti bersalah, JA bisa kena hukuman berat sesuai undang-undang keimigrasian yang berlaku di Indonesia. (*)