Kaltimdaily.com – Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Muhammad Andriansyah alias Aan, bikin suasana beda waktu ngadain reses Masa Sidang I di Jl. Karya Baru, RT 10 Gunung Mulia, Jl. Wahid Hasyim 1, Sempaja Selatan.
Sambutannya nggak biasa, karena ada tarian khas suku Buton, yaitu tarian Linda, yang bikin suasana makin meriah.
Warga setempat pun antusias banget! Meski cuaca sempat kurang bersahabat, sekitar 250 orang gabungan dari RT 9 dan RT 10 tetap hadir buat nyampaikan aspirasi mereka.
Dari masalah pendidikan sampai kesehatan, semuanya diangkat di forum ini. Ketua RT 10, Jumaeli, contohnya, bilang kalau SDN 020 yang udah berdiri sejak 1982 butuh renovasi supaya anak-anak bisa belajar di tempat yang lebih layak.
Keluhan soal BPJS juga jadi sorotan. Samidin, salah satu warga, ngeluh karena proses berobat ribet banget, padahal yang sakit malah dipersulit.
Ketua RT 9, Asna, juga ngeluh hal yang sama, soal ribetnya rujukan dan biaya administrasi yang harus dibayar.
Selain itu, ada juga isu lain yang diangkat, mulai dari PDAM, infrastruktur, perparkiran, sampai masalah sampah. Aan, sebagai wakil rakyat, janji bakal bawa semua aspirasi ini ke rapat kerja DPRD Samarinda.
Dia juga bilang, buat tahun 2025, fokusnya adalah bantu pemerintah menangani masalah sampah yang jadi prioritas utama.
Aan juga sempat nyinggung soal banjir, yang menurutnya banyak disebabkan oleh perilaku manusia sendiri.
“Kalau zaman Nabi Nuh, banjir itu benar-benar bencana dari Allah,” katanya. Selain itu, dia kasih apresiasi buat Walikota Samarinda, Andi Harun, yang dinilai punya kinerja bagus selama ini.
Aan berharap semua pihak, termasuk OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang jadi mitra Komisi III DPRD Samarinda, bisa lebih aktif dalam menangani masalah-masalah yang ada di masyarakat.
“Kita nggak bisa kerja sendiri, semuanya harus sinergi biar hasilnya maksimal,” tambahnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan, terutama soal pengelolaan sampah. Menurutnya, penanganan masalah sampah bukan cuma tugas pemerintah, tapi juga butuh kesadaran dari masyarakat.
“Kalau semua pihak saling bahu-membahu, saya yakin Samarinda bisa jadi kota yang lebih nyaman untuk ditinggali,” tutup Aan. (*)