Kaltimdaily.com, Samarinda – Ketua Lab Alam dan Diklat Fakultas Kehutanan UNMUL, Rustam Fahmi, angkat suara soal nasib miris Hutan Pendidikan UNMUL alias Kebun Raya Samarinda. Kawasan yang harusnya jadi tempat belajar dan riset ini sekarang malah jadi sasaran empuk oknum pengusaha tambang batu bara. Gila nggak tuh?
Hutan ini luasnya lebih dari 300 hektar dan udah diakui lewat SK Menteri sebagai hutan pendidikan. Tapi kenyataannya, kawasan ini pelan-pelan dijarah. Rustam bilang, sebagian besar lahannya sekarang udah dirusak sama aktivitas tambang ilegal. Ada IUP (Izin Usaha Pertambangan) yang beredar di sekitar lokasi, padahal area ini tuh harusnya aman dari yang namanya alat berat.
UNMUL sendiri udah beberapa kali ngirim surat ke pihak berwenang, termasuk GAKUM (Penegakan Hukum), biar ada tindakan tegas. Sayangnya, responsnya masih adem-ayem. Parahnya lagi, pagar pembatas yang harusnya jaga kawasan itu udah dibongkar dan dijadiin jalan masuk tambang. Nggak ada rasa bersalah sama sekali!
Rustam ngejelasin kalau hutan ini bukan cuma penting buat kampus, tapi juga buat lingkungan. Nilai ekologisnya tinggi banget! Kalau kawasan ini terus diganggu, bisa-bisa pendidikan dan penelitian kehutanan di Kalimantan Timur jadi tinggal kenangan.
Dia juga ajak semua pihak, termasuk masyarakat, buat ikut jagain hutan ini. Jangan sampai anak cucu kita nanti cuma bisa liat hutan dari buku pelajaran doang. Kerusakan ekosistem ini bukan cuma nyakitin alam, tapi juga nyakitin masa depan.
Kalau nggak ada aksi nyata dari pihak terkait, bukan nggak mungkin hutan ini tinggal nama doang. Semoga suara dari UNMUL dan masyarakat bisa jadi pemantik gerakan besar buat selamatkan Kebun Raya Samarinda dari serangan tambang liar yang makin ganas. (*)