Kaltimdaily.com, Jakarta – Kejaksaan Agung lagi disorot abis gara-gara dugaan korupsi pengadaan minyak mentah di Pertamina.
Banyak pihak yang desak biar kasus ini diusut habis-habisan dan transparan, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Presiden terpilih Prabowo Subianto bahkan udah kasih sinyal tegas ke Jaksa Agung, Sanitiar Burhanuddin, buat bongkar semua yang terlibat tanpa pandang bulu.
Yusri Usman, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), juga angkat bicara soal kasus ini. Dia menegaskan kalau Kejagung dan tim Jampidsus nggak bisa menyelesaikan kasusnya secara serius, mendingan mundur aja secara terhormat.
“Kalau emang nggak sanggup tuntasin, ya jangan gengsi buat mundur. Harus ada tanggung jawab moral,” tegas Yusri, Rabu (9/4/2025).
Yusri juga menyorot kontrak jangka panjang Pertamina dengan perusahaan minyak Irak, SOMO. Kontrak ini ngatur pengadaan 3 juta barel minyak Basrah tiap bulan, dan katanya ada banyak kejanggalan di dalamnya.
“Ini harus dicek ulang, jangan sampai ada permainan di balik kontrak. Karena yang paling dirugiin tuh pekerja, bukan cuma keuangan negara,” lanjutnya.
Selain itu, dia juga minta Direksi Pertamina dan semua Subholding buat evaluasi total dari atas sampai bawah—mulai dari sistem pengadaan, tata kelola impor, sampai pengelolaan organisasi.
Dia juga menyorot soal perubahan kilang minyak dari Korea Selatan ke Singapura, plus volume yang awalnya 2 juta barel per bulan jadi 3 juta barel. Menurutnya, perubahan ini makin nunjukin ada yang janggal dan harus diusut tuntas.
Yusri berharap, pengusutan ini bukan sekadar pencitraan. Kalau Kejagung bener-bener serius, harus ada gebrakan nyata, bukan cuma panas di awal terus dingin di ujung.
Masyarakat udah capek lihat drama korupsi yang ending-nya cuma jadi headline sesaat. Harapannya, kasus ini bisa jadi momentum bersih-bersih di tubuh Pertamina dan sistem energi nasional kita. (*)