Kalimantan TimurSamarinda

Bocah SD Nangis Ketakutan, Video Kekerasan Viral Bikin Hati Terenyuh

Avatar
933
×

Bocah SD Nangis Ketakutan, Video Kekerasan Viral Bikin Hati Terenyuh

Share this article

Kaltimdaily.com, SamarindaSuasana haru langsung pecah saat Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim datang ke rumah seorang bocah SD di Samarinda Seberang. Si kecil langsung gemetar, matanya sembab, dan air mata nggak bisa dibendung.

Di hadapan tim, dia bukan cuma anak-anak biasa—tapi korban kekerasan yang terekam, tersebar, dan viral di media sosial.

Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun, bilang kalau video yang beredar menunjukkan dugaan pengeroyokan ke bocah tersebut.

Publik langsung naik darah, termasuk keluarga korban yang nggak nyangka kalau anak mereka jadi korban kekerasan separah itu.

“Kami tahu dari video itu, langsung cari alamatnya, dan akhirnya bisa ketemu langsung sama korban,” ujar Rina, Jumat (10/5/2025).

Sang ibu pun nggak kuasa nahan emosi saat dipertontonkan video itu. Suaranya lirih, penuh luka batin. “Sakit hati saya, Bu… ternyata anak saya diperlakukan seperti itu,” cerita Rina menirukan ucapan sang ibu.

Sebelumnya, korban cuma bilang ditampar. Nggak ada cerita lebih. Tapi setelah video muncul, semua berubah. Lebih mirisnya lagi, salah satu yang diduga pelaku malah sempat datang ke rumah dan ngotot nggak merasa bersalah.

Tapi, bukti rekaman jelas bicara sebaliknya. Bahkan nenek korban yang baru tahu dari video cuma bisa terdiam syok—karena ternyata, itu benar-benar cucunya.

Sekarang, pihak TRC PPA udah dampingi keluarga buat ngelapor resmi ke Polsek Samarinda Seberang.

Kasus ini bakal diteruskan ke Polresta Samarinda untuk proses hukum lebih lanjut. Korban juga udah jalani visum fisik dan selanjutnya bakal visum psikologis bareng tim dari UPTD PPA.

“Kondisinya masih trauma berat. Nangis terus dan ngeluh sakit di punggung,” kata Rina.

Dari pengakuan bocah itu, katanya ada dua orang yang nyakitin dia. Tapi buat kepastian pelaku dan motif, Rina bilang itu wewenang penyidik.

Mirisnya, kasus ini nambah daftar panjang kekerasan di kalangan pelajar. Rina juga ngingetin pentingnya peran orang tua buat ngawasin pergaulan anak-anak mereka.

“Jangan cuma percaya gitu aja. Lihat siapa temennya, gimana lingkungannya, bahkan cek juga isi handphone-nya,” tegasnya.

Soal kebijakan jam malam anak yang udah diterapin Pemkot Samarinda, Rina kasih apresiasi. Tapi dia juga berharap bisa dimajukan lagi waktunya.

“Jam 9 itu masih terlalu malam buat anak-anak. Kalau bisa lebih awal, supaya mereka nggak nyasar ke hal-hal yang negatif.”

Kasus ini jadi tamparan keras buat semua pihak—nggak cuma orang tua, tapi juga sekolah, lingkungan, dan masyarakat. Anak-anak butuh lebih dari sekadar nasehat. Mereka butuh pengawasan nyata, empati, dan perlindungan.

Semoga keadilan buat bocah malang ini segera terwujud, dan kejadian serupa nggak lagi terjadi. Karena seharusnya masa kecil itu penuh tawa, bukan trauma. (*)

Udah tau belum? Kaltimdaily.com juga ada di Google News lhooo..

Example 728x250

Maaf guys, kalian tidak bisa melakukan copy paste dari situs ini. Terima kasih