HotKalimantan TimurSamarinda

⁠Dari Surat ke Suara, Perlawanan Itu Masih Hidup di Samarinda

Avatar
628
×

⁠Dari Surat ke Suara, Perlawanan Itu Masih Hidup di Samarinda

Share this article
⁠Dari Surat ke Suara, Perlawanan Itu Masih Hidup di Samarinda

Kaltimdaily.com, Samarinda – Senin sore (21/4/2025) langit Samarinda awalnya cerah, tapi berubah mendung saat acara bertajuk “Membaca Surat Kartini: Melihat Kartini; Perlawanan terhadap Sistem Patriarki, Feodalisme, dan Kolonialisme” digelar di Teras Samarinda. Walau hujan deras tiba-tiba turun, semangat peserta justru makin membara.

Acara ini diinisiasi sama Perempuan Mahardhika Samarinda buat ngerayain Hari Kartini dengan cara yang beda. Nggak ada lomba masak atau fashion show, yang ada malah sesi baca bareng 13 surat asli R.A. Kartini ke sahabat-sahabatnya di Belanda. Bener-bener menyentuh dan bikin merinding!

Suci dari Komite Nasional Perempuan Mahardhika bilang kalau selama ini Kartini cuma dikenal sebagai simbol emansipasi, padahal isi suratnya jauh lebih dalam. Dari surat-surat itulah kebesaran pemikiran Kartini mulai terbuka—ngomongin soal penindasan, kolonialisme, dan sistem feodal yang menjerat bangsanya.

“Banyak yang nggak tahu kalau Kartini itu keras banget sama penjajahan dan nggak sepakat sama sistem bangsawan yang timpang,” ucap Suci. Menurutnya, inilah alasan kenapa membaca langsung surat-surat Kartini itu penting banget.

Refinaya, atau Naya, sang Koordinator Perempuan Mahardhika Samarinda, juga menyayangkan peringatan Hari Kartini yang sekarang lebih banyak bersifat simbolik doang. “Kartini bukan sekadar baju kebaya atau lomba make up, dia itu penulis tajam yang suaranya masih relevan sampai sekarang,” katanya dengan semangat.

Naya juga ngingetin kalau banyak kondisi yang dialami Kartini dulu masih terasa nyata buat perempuan zaman sekarang. Jadi, membaca ulang surat Kartini bukan nostalgia, tapi bentuk perjuangan yang masih terus dilanjutkan sampai hari ini.

Devi Mogot, salah satu peserta, ngaku merinding dan terharu selama acara berlangsung. Dia ngerasa acara kayak gini buktiin bahwa diskusi tentang perempuan masih bisa tumbuh di ruang-ruang kecil yang tulus dan penuh makna.

“Semoga lingkaran diskusi kayak gini terus bertambah, makin luas, dan bisa jadi wadah buat perempuan Samarinda buat saling dukung dan berkembang,” harap Devi.

Acara pun ditutup dalam suasana syahdu. Meski hujan turun deras, pembacaan surat tetap jalan sampai akhir. Suara Kartini seolah hidup lagi di tengah gemericik hujan—tegas, lembut, tapi ngena banget.

Semangat Kartini malam itu nggak cuma dirayakan, tapi juga dirasakan. Dan dari Teras Samarinda, suara perempuan—dari masa lalu dan kini—bergema, ngajak kita semua buat terus melawan ketidakadilan, dari hal yang paling kecil sekalipun. (YN)

Udah tau belum? Kaltimdaily.com juga ada di Google News lhooo..

Example 728x250

Maaf guys, kalian tidak bisa melakukan copy paste dari situs ini. Terima kasih