Kalimantan TimurSamarinda

Teras Samarinda Kena Kritik, Budayawan Kaltim: Sejarah Mulai Tergerus

Avatar
880
×

Teras Samarinda Kena Kritik, Budayawan Kaltim: Sejarah Mulai Tergerus

Share this article

Kaltimdaily.com, Samarinda – Pemerhati sejarah sekaligus budayawan Kaltim, Romo Roedy Haryo Wijono, kasih kritik pedas soal Teras Samarinda yang dibangun di tepian Sungai Mahakam.

Menurut Romo Roedy, euforia masyarakat yang heboh sama Teras Samarinda malah bisa bikin mereka lupa sama sejarah Samarinda yang asli.

“Pas Teras Samarinda dibangun, kayaknya orang pada lupa sama memori kolektif Kota Samarinda,” ucapnya di acara Ngo-PiKaltim sambil ngobrol bareng Wali Kota Andi Harun.

Romo Roedy juga bilang, harusnya Teras Samarinda tetap jaga nilai sejarah Kota Tepian, bukan malah ngasih sentuhan arsitektur modern yang bikin Samarinda kayak kota baru tanpa jejak budaya.

Dia kasih contoh arsitektur vernakular, desain bangunan yang nyesuaiin sama iklim lokal, dengan teknik dan bahan dari masyarakat setempat.

Romo Roedy merasa bangunan-bangunan yang ada sekarang terlalu modern, dan ini bikin memori budaya kayak rumah panggung jadi makin terlupakan.

Romo Roedy, yang juga aktif di literasi tradisi lisan Dayak, berharap Teras Samarinda nggak cuma jadi tempat nongkrong, tapi juga bisa jadi ruang publik yang ngajarin sejarah buat generasi masa depan.

Sungai Mahakam, katanya, adalah saksi bisu sejarah Kota Tepian yang jadi basis berdirinya Samarinda.

Sambil melirik ke arah Sungai Mahakam, Romo Roedy juga nyindir soal tongkang batu bara yang sering lewat di sungai. Tongkang-tongkang ini menurutnya punya peran penting di balik layar, bahkan sampai ke ranah politik kayak Pilkada.

IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan semua yang terkait pertambangan punya sejarah panjang di Samarinda, dan Mahakam jadi saksi semua itu.

Wali Kota Andi Harun, yang akrab dipanggil AH, ngerespon santai kritik Romo Roedy. Menurut AH, gampang buat kasih penilaian, tapi ngerjain proyek sebesar ini nggak segampang yang dibayangin.

AH juga janji bakal ada diskusi lanjutan sama Romo Roedy soal pandangan holistik terkait pembangunan Teras Samarinda.

Andi Harun juga tegasin, Teras Samarinda itu bagian dari modernisasi yang nggak lantas ninggalin sejarah. Dia kasih contoh Korea dan Yogyakarta, yang sama-sama masih jaga nilai budaya lokal meskipun arsitekturnya mulai modern.

AH optimis kalau modernisasi nggak akan bikin Samarinda kehilangan identitas budayanya.

Menurut dia, ini semua bagian dari proses transformasi kota biar nggak ketinggalan zaman, tapi tetap berakar kuat di sejarah. Dia berharap, ke depannya Teras Samarinda bakal jadi simbol modernitas yang tetap menghargai nilai-nilai lokal.

Dengan biaya fantastis mencapai Rp 36,9 miliar untuk tahap pertama, AH berharap Teras Samarinda jadi ikon baru yang bukan cuma tempat nongkrong, tapi juga pengingat sejarah panjang Kota Tepian yang nggak boleh hilang di tengah modernisasi. (*)

Udah tau belum? Kaltimdaily.com juga ada di Google News lhooo..

Example 728x250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *