Kaltimdaily.com, Kukar – Salehuddin, yang duduk sebagai Sekretaris Komisi I DPRD Kaltim sekaligus Wakil Sekretaris Fraksi Golkar, balik lagi ngajak warga buat ngobrolin soal pentingnya cinta tanah air lewat kegiatan Sosialisasi Perda.
Kali ini, yang dibahas adalah Perda Kaltim No. 9 Tahun 2023 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Lokasinya ada di Jalan Pateh, Kelurahan Mangkurawang, Tenggarong, Minggu (4/4/2025), dan dihadiri sekitar 100 warga yang ikut nimbrung.
Dua narasumber juga hadir, yaitu akademisi sekaligus pemerhati kebangsaan, Suroto, dan Sekretaris Lurah Mangkurawang, Ikhsanuddin Alpisah Siregar, yang sama-sama dukung acara ini habis-habisan.
Dalam pemaparannya, Salehuddin bilang tujuan dari perda ini adalah biar kita nggak lupa jati diri sebagai bangsa. Mulai dari pengenalan nilai-nilai Pancasila, pentingnya kebhinnekaan, sampai wawasan soal UUD 1945 dan NKRI, semua dibahas tuntas. Gak cuma itu, peserta juga diajak mikir soal isu kebangsaan yang lagi hits belakangan ini.
Menurutnya, pendidikan Pancasila ini bisa lewat jalur formal dan informal. Artinya, bukan cuma di sekolah, tapi juga lewat keluarga, lingkungan, dan budaya lokal.
Bahkan, Salehuddin ngingetin pentingnya teknologi buat sebarin nilai-nilai Pancasila di era digital kayak sekarang.
Sebagai aksi nyata, Pemda juga siap dorong terbentuknya Forum P3WK alias Forum Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, yang bisa jadi ruang kolaborasi antara akademisi, tokoh masyarakat, sampai komunitas lokal.
“Masyarakat harus jadi agen perubahan, jangan cuma diam. Ikut aktif dan dukung fasilitas yang menunjang pendidikan kebangsaan,” tegas Salehuddin.
Menjelang akhir acara, Salehuddin berharap Perda ini bisa jadi panduan buat memperkuat persatuan, jaga kerukunan, dan nambah rasa cinta sama Indonesia. Ia juga bilang penting banget buat evaluasi rutin biar aturan ini bisa tetap relevan dan nyambung sama perkembangan zaman.
Dengan makin gencarnya arus informasi dan derasnya konten medsos, Perda ini jadi pegangan penting buat generasi sekarang biar nggak gampang terpengaruh hal negatif. Harapannya, semangat kebangsaan gak cuma jadi wacana, tapi benar-benar hidup di tiap kegiatan masyarakat.
Ke depan, kegiatan kayak gini bisa jadi sarana buat nyatuin masyarakat lintas usia dan latar belakang. Bukan cuma soal aturan, tapi jadi momen yang ngebangun rasa punya terhadap bangsa dan daerah sendiri. (YN)
