Kaltimdaily.com, Bisnis – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mulai was-was nih gara-gara rencana Presiden Prabowo Subianto yang mau ngapus sistem kuota impor. Kebijakan ini dinilai bisa jadi mimpi buruk buat pelaku industri tekstil dalam negeri.
Wakil Ketua Umum API, Ian Syarif, bilang kalau wacana penghapusan kuota ini bisa bikin pengusaha tekstil ogah lanjut usaha. Soalnya, produk-produk impor bakal makin bebas masuk dan harganya tentu lebih miring, sementara pelaku lokal makin megap-megap bersaing.
“Kalau kebijakan ini jalan, bisa-bisa 70 persen pelaku industri tekstil mundur teratur. Mereka mending jadi pedagang aja karena udah nggak menguntungkan lagi,” ucap Ian dalam diskusi publik bertema ‘Kuota Impor Dihapus, Ancaman atau Tantangan?’ di Jakarta, Kamis (17/4).
Ian juga curhat soal betapa ribetnya membangun industri. Menurutnya, bikin pabrik bisa makan waktu sampai dua tahun, sementara kalau cuma buka usaha online atau virtual office bisa langsung jalan. Nggak heran kalau akhirnya banyak yang milih jadi seller atau jastiper aja.
Dia bilang, selama ini regulasi yang ada malah makin mempersulit pelaku industri. Ditambah lagi, fenomena jastip (jasa titip) yang dulunya udah dibatasi, sekarang malah ramai lagi. Banyak produk luar yang masuk lewat jalur ini, dan dampaknya kerasa banget buat UMKM di bidang fashion dan tekstil.
“Banyak temen-temen yang awalnya semangat bikin produk kreatif lokal, sekarang udah pindah haluan. Mereka mending jualin barang dari luar lewat online daripada capek-capek produksi sendiri,” kata Ian.
Sementara itu, Presiden Prabowo sebelumnya udah menyatakan secara tegas bahwa kuota impor akan dihapus, khususnya untuk komoditas yang berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat, seperti daging. Kata beliau, semua yang mampu dan mau impor, dipersilakan. Nggak ada lagi sistem tunjuk-tunjukan siapa yang boleh atau enggak.
“Kalau ada yang mau impor dan mampu, ya silakan. Nggak ada lagi pilih-pilih, semua bebas,” ujar Presiden Prabowo dalam acara Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Selasa (8/4), seperti dilansir dari laman presidenri.go.id.
Langkah ini memang niatnya buat reformasi kebijakan impor. Tapi di sisi lain, pelaku industri lokal udah mulai deg-degan. Mereka khawatir makin tergilas sama produk luar yang murah dan mudah masuk.
Kalau enggak ada perlindungan yang jelas buat industri dalam negeri, bisa-bisa sektor tekstil yang dulunya jadi salah satu tulang punggung ekonomi malah makin sepi peminat. Harapannya sih, pemerintah bisa cari jalan tengah biar industri lokal tetap hidup dan tetap bisa bersaing di tengah arus global.