banner-sidebar
IKN

Fase Dua IKN Lesu, Pelaku Usaha di Sekitar Sepaku Ngeluh

Avatar
792
×

Fase Dua IKN Lesu, Pelaku Usaha di Sekitar Sepaku Ngeluh

Share this article
Fase Dua IKN Lesu, Pelaku Usaha di Sekitar Sepaku Ngeluh
Hotel Qubika. Ft by Ist

Kaltimdaily.com, IKN – Memasuki fase dua pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), suasana ekonomi di kawasan Sepaku yang dulunya ramai sekarang mulai adem ayem.

Kalau dua tahun lalu peluang usaha kayak penginapan dan katering masih banjir order, sekarang banyak pelaku usaha yang ngeluh sepi total. Mereka bahkan harus putar otak biar bisnisnya tetap hidup.

Yang paling terasa terpukul adalah sektor penginapan.

Dulu tingkat okupansi bisa nyentuh 50–100 persen, sekarang dapet tamu 10 persen aja udah syukur. Salah satunya dialami Ari, pemilik penginapan Anggrek Biru.

“Sejak buka 2024, baru dua kali ada tamu nginap. Habis itu sepi terus. Ya Allah, sepi men saiki,” keluhnya.

Karena kondisi makin berat, Ari akhirnya milih sewakan penginapan bulanan biar tetap bisa nutup biaya operasional. Sementara Maulida, pemilik Suatu Building & Rental, juga ngalamin hal yang sama.

Enam kamar di tempatnya sekarang udah dialihfungsi jadi kontrakan bulanan yang disewa oleh project manager dari BUMN dan swasta.

Hotel berbintang pun nggak lolos dari badai. Ferry, pemilik Qubika Nusantara, bilang kalau tingkat keterisian hotelnya cuma 10–15 persen dari total 206 kamar. Harapannya, pembangunan tahap dua IKN bisa segera jalan lagi supaya ekonomi sekitar ikut bergeliat.

Swissotel Nusantara juga terdampak, meski masih bertahan berkat kontrak jangka panjang dari pegawai Bank Indonesia.

Tapi kalau nggak ada event besar atau kegiatan pemerintahan, okupansi tetep sepi. Bahkan penginapan yang jaraknya 7–10 km dari pusat IKN lebih nyesek lagi — sepi total!

Pergeseran model bisnis juga kelihatan. Banyak hotel dan guest house banting harga, bahkan resort yang biasanya Rp 500–600 ribu semalam, sekarang cuma Rp 300 ribu.

Gak cuma penginapan, rental mobil juga ikut sepi. Mobil-mobil yang dulu laku keras sekarang malah ditulis “Mobil Dijual”. Ada juga pemilik yang terpaksa jual mobil karena gak sanggup lagi nyicil ke dealer.

Sektor lain kayak suplai air bersih, katering makanan, sampai rental alat berat juga babak belur.

Banyak truk air dijual, jasa katering turun dari ribuan ke ratusan porsi per hari, dan bahkan penyedia alat berat harus nahan jalan proyek buat nagih pembayaran.

“Alhamdulillah baru dibayar 60 persen,” kata Puji Asmoro dari CV Morojoyo Rental yang sempat blokade proyek demi tagih sewa alat berat.

Kondisi ini bikin banyak pelaku usaha mulai mikir buat geser arah bisnis.

Gak cuma ngandelin penginapan dan rental, mereka mulai coba masuk ke bidang lain yang lebih menjanjikan. Tapi semuanya butuh kepastian dan dukungan dari pemerintah biar gak tumbang di tengah jalan.

Pembangunan IKN seharusnya gak cuma soal bangun fisik, tapi juga bangun ekonomi warga lokal.

Kalau pelaku UMKM dan jasa di sekitar IKN terus megap-megap, bisa-bisa semangat pembangunan nasional malah nggak berdampak nyata. Saatnya ekosistem usaha di sekitar IKN ikut diselamatkan dan dikembangkan bareng! (*)




Maaf guys, kalian tidak bisa melakukan copy paste dari situs ini. Terima kasih