HotKalimantan TimurSamarinda

UU TNI Direvisi, Jurnalis Perempuan Makin Terancam

Avatar
764
×

UU TNI Direvisi, Jurnalis Perempuan Makin Terancam

Share this article
UU TNI Direvisi, Jurnalis Perempuan Makin Terancam

Kaltimdaily.com, Samarinda – Revisi UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI resmi disahkan, tapi bukannya bikin rakyat tenang, malah bikin banyak pihak was-was.

Soalnya, dengan aturan baru ini, militer jadi makin bebas gerak di ranah sipil, yang otomatis bikin posisi lembaga sipil makin terpinggirkan.

Bukan cuma demokrasi yang kebakaran jenggot, dunia jurnalistik juga kena imbasnya, terutama jurnalis perempuan.

Budaya kekerasan dan dominasi yang dibawa militerisme dianggap makin memperbesar risiko kekerasan, baik secara fisik maupun mental, buat para jurnalis cewek.

Melihat situasi yang makin ngeri ini, Perempuan Mahardhika Samarinda lewat Komite Basis Jurnalis langsung tancap gas ngadain Diskusi Publik bertema “Menguatnya Dominasi Militer dan Ancaman Bagi Jurnalis Perempuan” di Aula Kantor PWI Kaltim, Sabtu (26/5/2025).

Diskusi ini ngundang dua pembicara keren, Titah dari Komite Basis Jurnalis dan Noviyatul dari AJI Samarinda.

Dalam diskusi, Titah cerita kalau bahkan sebelum UU ini direvisi, jurnalis perempuan udah sering banget kena perlakuan seksis dan kekerasan seksual, baik dari narasumber maupun rekan kerja.

Setelah revisi, ancamannya makin gila. Kasus kayak Cica, jurnalis Tempo, yang dikirimin kepala babi dan bangkai tikus, jadi bukti nyata betapa seramnya situasi sekarang.

Titah juga ngangkat kasus tragis pembunuhan jurnalis Juwita di Banjarbaru yang ternyata adalah pembunuhan berencana—dan itu murni karena gender. Hal ini nunjukin kalau femisida terhadap jurnalis perempuan beneran nyata, bahkan di sekitar kita.

Di Samarinda sendiri, kejadian serupa udah mulai keliatan. Ada jurnalis cewek yang diintimidasi cuma karena berani tanya isu yang dianggap “di luar jalur” sama narasumber. Ini bukti kalau tekanan terhadap jurnalis perempuan makin berat dan berlapis.

Novi dari AJI Samarinda nambahin, kerentanan jurnalis perempuan itu ibarat gunung es—yang kelihatan cuma sedikit, padahal di bawah permukaan lebih parah lagi. Walaupun Dewan Pers udah ngeluarin SOP soal kekerasan seksual, faktanya masih banyak perusahaan media yang belum ngejalanin aturan ini.

“Di AJI Samarinda kita udah punya SOP dan Satgas khusus. Tapi jujur aja, tantangannya masih berat banget,” kata Novi.

Makanya, Novi ngajak semua jurnalis perempuan buat mulai berserikat dan ikut pelatihan keamanan holistik biar lebih siap menghadapi ancaman. Menurutnya, revisi UU TNI ini bukannya ngarahin ke kebaikan, malah makin membuka celah kekerasan terhadap media.

“Kalau jurnalis mau bertahan, mereka harus merdeka dalam berpikir, jangan tunduk sama tekanan,” tegas Novi.

Diskusi makin panas pas para peserta ikutan curhat dan kasih ide. Semua sepakat kalau satu suara itu kurang kuat. Jurnalis perempuan butuh bersatu, bersuara rame-rame biar bisa ngelawan sistem kekerasan yang makin nggilani ini.

Perempuan Mahardhika Samarinda juga ngajak para jurnalis cewek buat gabung ke Komite Basis Jurnalis.

Tujuannya? Biar sama-sama berjuang wujudin dunia jurnalistik yang aman, adil, dan bebas dari budaya patriarki yang masih ngakar di ruang redaksi dan lapangan. Saatnya jurnalis perempuan tunjukin kekuatan solidaritas buat perubahan yang lebih keren! (YN)

Udah tau belum? Kaltimdaily.com juga ada di Google News lhooo..

Example 728x250

Maaf guys, kalian tidak bisa melakukan copy paste dari situs ini. Terima kasih