Kaltimdaily.com – Komisi IV DPRD Kota Samarinda baru aja ngegelar rapat panas soal operasional rumah biliar selama bulan suci Ramadhan 1446 H.
Rapat ini berlangsung di Ruang Rapat Utama DPRD Samarinda, Jumat (28/2/2025), dipimpin langsung sama Ketua Komisi IV, Mohammad Novan Syahronny Pasie.
Ikut hadir juga perwakilan Disporapar, Dinas Perizinan, dan pengurus POBSI Kota Samarinda.
Novan ngejelasin kalau rapat ini adalah tindak lanjut dari surat POBSI yang nanyain kejelasan status operasional rumah biliar pas Ramadhan.
Masalahnya, di Surat Edaran yang ditandatangani Wakil Wali Kota Samarinda pada 24 Februari 2025, aturan soal rumah biliar masih abu-abu.
“Kami pengin tahu, rumah biliar ini masuk kategori apa di surat edaran itu. Di Balikpapan aja rumah biliar diatur jam bukanya. Nah, kita pengin jelas juga nih di Samarinda gimana,” kata Novan.
Pihak Disporapar pun buka suara. Mereka bilang masih nyusun rekomendasi final, tapi udah ada gambaran soal aturan yang bakal diterapkan:
– Jam Operasional:
– 10.00 – 17.00 WITA
– 21.00 – 23.00 WITA
– Pembinaan Atlet: Dari 22 rumah biliar di Samarinda, cuma 10 yang rencananya boleh buka selama Ramadhan. Alasannya biar pembinaan atlet buat persiapan Pra-Porprov dan Porprov lebih efektif.
– Koordinasi sama POBSI: Disporapar bakal ngejabarin rumah biliar mana aja yang bisa dijadiin tempat latihan resmi buat atlet selama Ramadhan.
Ternyata urusan perizinan rumah biliar juga nggak bisa main-main. Menurut Rosana dari Dinas Perizinan, usaha biliar dikategorikan sebagai kelompok TAB-93-113, bareng olahraga dan hiburan lain kayak boling dan panahan.
Usaha ini masuk skala menengah dengan modal investasi Rp5 miliar – Rp10 miliar.
Karena risiko usahanya menengah tinggi, rumah biliar wajib punya Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikat standar terverifikasi.
Perizinannya harus lewat Dinas Pariwisata provinsi sebelum disahkan sama FDMPK-SB provinsi, dan berlaku lima tahun.
Selain itu, rumah biliar juga wajib punya Sertifikat Laik Sehat dan izin tambahan kalau menyediakan layanan kayak kafe atau jual minuman beralkohol.
Apalagi, sesuai Perda Nomor 5 Tahun 2023, penjualan alkohol cuma boleh di hotel berbintang atau tempat dengan izin khusus.
Dengan aturan yang cukup ketat ini, diharapkan semua rumah biliar bisa lebih tertib dan mengikuti regulasi yang ada. Disporapar juga berharap rumah biliar bisa jadi wadah pembinaan atlet, bukan cuma tempat hiburan semata.
Sementara itu, POBSI berharap keputusan akhir soal jam operasional dan izin rumah biliar bisa mengakomodasi kebutuhan pembinaan atlet tanpa melanggar norma selama bulan Ramadhan.
Mereka juga siap buat kerja sama dengan pemerintah biar aturan ini bisa diterapkan dengan baik. (ADV/DPRDSMR/YN)