Kaltimdaily.com, Samarinda – Masalah ganti rugi lahan eks-transmigrasi di Simpang Pasir, Palaran, Samarinda belum kelar juga!
Komisi I DPRD Kaltim baru aja ngadain Rapat Dengar Pendapat (RDP) bareng Pemprov, kuasa hukum warga, dan pihak terkait lainnya di Gedung DPRD Kaltim, Rabu (30/4/2025).
Topiknya? Eksekusi putusan pengadilan yang udah inkrah tapi belum juga jalan.
Rapat dipimpin langsung oleh Sekretaris Komisi I, Salehuddin. Dia bilang, dari 300-an kepala keluarga (KK) yang tercatat, baru 70 KK yang udah dapet kompensasi duit Rp500 juta buat lahan seluas 1,5 hektare. Sisanya? Masih nunggu kejelasan nasib.
Permasalahan makin ruwet karena lahan yang disengketakan sekarang udah jadi aset Pemprov. Jadi opsi tukar lahan udah nggak mungkin. Warga juga ogah dipindah ke tempat lain kayak Kerang atau Maloi, karena jauh dari kehidupan mereka sekarang. Solusinya? Duit kompensasi, tapi itu pun butuh dasar hukum yang kuat biar bisa cair.
Kuasa hukum warga, Yafet Deppagoga, bilang kalau perkara ini udah inkrah sejak 2017 di Mahkamah Agung. Permohonan eksekusi udah diajukan ke pengadilan sampai sembilan kali, tapi belum juga digubris. Menurut dia, selama para pihak setuju, harusnya eksekusi bisa langsung jalan tanpa ribet nunggu fatwa.
Di sisi lain, Kepala Disnakertrans Kaltim, Rozani Erawadi, mengklaim Pemprov udah nunjukin niat baik.
Data penerima katanya udah diverifikasi dan dinyatakan clean and clear oleh BPK. Tapi masalah muncul karena masyarakat kekeh pengen tetap tinggal di lokasi awal. Makanya, sekarang Pemprov lagi cari payung hukum biar bisa bayar kompensasi pakai uang, bukan lahan.
Sayangnya, meski udah tiga kali rapat digelar, belum ada hasil konkrit yang bikin warga tenang. Yafet bahkan nyentil kurangnya komitmen dari pihak pemerintah buat nempuh jalur kesepakatan hukum demi kepastian nasib warga.
Komisi I DPRD Kaltim janji bakal terus kawal kasus ini sampai tuntas. Mereka pengen masyarakat dapet haknya dan ada kepastian hukum yang jelas.
Soalnya, warga udah nunggu kepastian bertahun-tahun dan makin lelah digantungin tanpa kejelasan.
Warga Simpang Pasir pun cuma bisa berharap, janji-janji yang terus dilontarkan dalam rapat beneran diwujudkan. Mereka nggak butuh seremonial, tapi realisasi. Saatnya pemerintah serius dan gercep, sebelum warga kehilangan harapan sepenuhnya. (YN)
