Kaltimdaily.com, Entertain – Ustadz Yusuf Mansur baru-baru ini kembali menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Kali ini, ia membuka layanan kirim doa berbayar melalui live streaming TikTok. Siapa sangka, untuk dapat doa spesial dari sang Ustadz, jamaah harus mentransfer Rp10 juta.
Tentunya, aksi ini langsung menuai pro dan kontra, terutama dari netizen yang merasa kebijakan tersebut kurang pas untuk seorang tokoh agama. Banyak yang mengkritik, bahkan ada yang menyebut “Ga berubah kelakuan si Ucup.”
Kontroversi memang bukan hal baru buat Ustadz Yusuf. Sebelumnya, ia sudah beberapa kali jadi sorotan karena berbagai isu sensitif. Salah satunya adalah soal PAM (perusahaan yang ia kelola), yang dituding melanggar standar operasional. Selain itu, ia sempat pusing mencari dana Rp1 triliun buat aplikasi PayTren yang ia promosikan. Ada juga cerita soal investasi batu bara yang diajukan kepada jamaahnya, yang ternyata berakhir dengan masalah wanprestasi.
Namun, meskipun mendapat banyak kritik, Ustadz Yusuf tampaknya tetap bertahan dan berusaha mempertahankan citra dirinya sebagai tokoh agama. Sayangnya, beberapa tindakan tersebut malah bikin banyak orang mempertanyakan keseriusannya dalam membangun citra positif di masyarakat.
Langkah-langkah kontroversial ini semakin menambah daftar panjang polemik yang mengiringi perjalanan Ustadz Yusuf Mansur. Beberapa pihak merasa bahwa ia telah mengabaikan prinsip kehati-hatian dan moralitas yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang tokoh agama. Selain itu, banyak yang berpendapat bahwa tindakan semacam ini justru bisa merusak kepercayaan masyarakat terhadapnya, terutama di kalangan jamaah yang merasa dirugikan.
Di sisi lain, beberapa orang tetap memberikan dukungan dan menganggap bahwa apa yang dilakukan Ustadz Yusuf Mansur adalah bagian dari inovasi dalam dunia dakwah. Mereka berpendapat bahwa metode baru ini bisa menjadi cara untuk membantu sesama sekaligus memperoleh keberkahan. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, tindakan tersebut masih menjadi perdebatan yang belum menemukan titik temu. (*)